Analisis Wawancara Kualitatif

Kamis, 08 April 2010

Teori Komunikasi Kelompok Model Chesbro, Cragan, dan McCullough

• Kesadaran diri akan identitas baru, dalam kesadaran akan suatu identitas baru. Kaum homoseksual, anggota-anggota yang berkumpul dalam suatu kelompok terdiri dari karakteristik yang mirip sebagai dasar pembentukan kelompok. Karekteristik yang mirip ini akan menciptakan sebuah komunikasi yang bergairah karena adanya kesamaan cerita antara anggota yang satu dengan yang lain, seperti perasaan dimana anggota-anggota kelompok tersebut memiliki pemikiran yang sama sehingga cenderung merasa dihargai.

• Menegakkan nila-nilai baru bagi kelompok, pada tahapan ini akan tercipta sebuah aturan atau pengertian baru yang dianggap kelompoknya “benar” meskipun itu bertentangan dengan aturan atau norma yang telah ada di masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai baru ini sengaja diciptakan oleh anggota-anggota kelompok homoseksual untuk melegalkan apa yang dilakukan.


Wawancara 1
T: ”Jadi kamu kalau mau eksis itu dimana?”
J: ”Aku sih biasanya itu kak apa join ke komunitas-komunitas itu. Toh juga aku ketemu cowokku disitu. ”
T: “Oh, jadi ada ya komunitas-komunitas itu.”
J: ”Sebenarnya sih banyak kak. Ya cuma eeee nggak terlalu diekspose paling yang uda terkenal aja diekspose. Kan masyarakat juga masih ada yang belum ada yang nerima dengan keadaan kita yang begini.”
T: ”Ada aturannya nggak sih di komunitas itu?”
J: ”Aturan yang penting si ya kita benar-benar gay (raut muka berubah menjadi sedih dan tegang).”


Wawancara 2
T: ”Nggak sih. Eh, mau tanya deh. Kamu bisa kenalan sama Jay dari mana tuh? Kan beda sekolah.”
J: Hmm.. Dari komunitas-komunitas ’hombreng-hombreng’ gitu. (pambil memainkan topi yang digunakan)
T: “Kok nggak takut sih gabung-gabung komunitas kayak gitu. Kan masih SMA. Apa nggak ngerasa terlalu muda banget untuk gabung dengan hal-hal kayak gitu?”
J: ”Ah, nggak lah. Kayaknya saya pikir juga banyak juga yang seusia seumuran dalam komunitas itu. Nggak masalah itu. Kan tidak terbatas usia.”
T: ”Berarti untuk bisa masuk tuh ada aturan tertentu nggak sih di komunitas itu?”
J: ”Ya kalau aturannya sih fleksible ya nggak rumit banget ya. (sambil membetulkan topi yang digunakannya) Sama kayak kita gabung sama kelompok-kelompok atau grup ya pada umumnya aja. Yang jelas tu kita harus bisa mengatur waktu. Ada ngadain grup itu atau komunitas itu ngadain suatu apa itu (berbicara sambil menggerakan tangan) suatu pertemuan ya acara. Ya kita dateng. Ya uda kita sama-sama saling mendukung aja.”

Analisis
Dari kedua wawancara diatas dapat disimpulkan:

1. Bahwa terdapat adanya kelompok komunitas homoseksual dimana para anggotanya memiliki karakteristik yang mirip. Selain itu, terdapat adanya kesamaan cerita, perasaan, serta latar belakang yang membuat para anggotanya merasa dihargai satu sama lain. Sehingga, menimbulkan rasa yang nyaman saat berkomunikasi dalam kelompok tanpa harus menutupi perasaan yang merasa disikirkan dan dianggap aneh.

2. Adanya aturan yang berlaku dalam komunitas homosesual yang dianggap “benar” oleh para anggotanya, walaupun aturan tersebut bertentangan dengan aturan/norma yang ada dalam masyarakat. Hal tersebut terlihat dari adanya aturan dasar bagi para anggotanya yakni ia harus seorang homosexual atau gay dimana para anggotanya menerimanya dengan baik tanpa memandang sebelah mata.

0 komentar: