Edisi kedua
24 September 2008
Para pengemis gencar cari rezeki di bulan puasa. Mereka mencari uang dengan meminta-minta kepada para pengunjung demi mendapatkan baju baru untuk dipakai di hari raya Idul Fitri.
JAKARTA, Banyak pengemis yang meminta-minta disepanjang jalan Pasar Baru. Mulai dari anak-anak hingga yang lanjut usia. Semula Dede (3), Astri (12), dan Andi (13) tidak berbeda dengan anak sebaya lainya yang senang bermain dan memiliki keluarga yang hangat. Satu hal yang membuat mereka tanpa berbeda dengan anak lainnya ialah mereka tidak pergi ke sekolah dan bekerja sebagai pengemis. Penghasilan ayahnya sebagai tukang ojek hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ditemui Jumat (19/9) Dede, Astri, dan Andi mengatakan bahwa mereka sebenarnya bukan pengemis anak-anak yang mengemis di kawasan Pasar Baru. Biasanya mereka mengemis di daerah Pasar Impres. Mereka mulai mengemis di kawasan Pasar Baru sejak awal bulan puasa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pakaian baru di hari raya Idul Fitri. Kegiatan tersebut mereka lakukan sejak pukul 16.00 hingga 21.00. Selama lima jam itulah hasil yang mereka dapatkan dinilai tidak seberapa yakni berkisar antara Rp5.000,00 sampai Rp10.000,00. Belum lagi setoran Rp2.000,00 yang harus mereka bayarkan kepada para preman dengan dalil sebagai uang keamanan.
Fenome yang tengah terjadi di Jakarta ini memang bukan hal aneh. Menurut Mardianto, Kepala SatPol PP (Satuan Polisi Pamong Praja), yang telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun mengatakan bahwa selama bulan puasa ini para pengunjung akan jarang menjumpai para pengemis di kawasan Pasar Baru. Hal tersebut disebabkan adanya SatPol PP yang siap beroperasi setiap hari mulai dari pukul 8.00 sampai dengan 17.00. Menurut UU No.20 Tahun 2000/ Pemerintah Daerah, dikatakan bahwa tugas pokok SatPol PP ialah membantu kepala wilayah menjaga ketentraman dan ketertiban khususnya mengenai PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), seperti misalnya pedagang kaki lima, Wanita Tuna Sosial (WTS), dan sembilan tertib hukum lainnya. Sehingga selama bulan puasa ini para pengunjung Pasar Baru tidak perlu resah karena gangguan pengemis saat berbelanja.
Lain halnya dengan Arif, pedagang jam tangan di kawasan Pasar Baru, mengatakan bahwa baik bulan puasa maupun tidak, jumlah pengemis di kawasan Pasar Baru tidak berubah. Jumlah mereka sama saja walaupun sudah ada SatPol PP yang menjaga kawasan tersebut. Arif bahkan mengenal beberapa pengemis karena seringnya dia melihat mereka. Pada hal Arif baru satu tahun berjualan di Pasar Baru. “Kadang saya sering kesal dan resah dengan para pengemis di tempat ini,” tambahnya. Hal tersebut dikarenakan para pengemis yang kerap kali mengganggu para pembeli sehingga mereka merasa enggan untuk memilih dan membeli barang yang didagangkan para penjual.
Fenome yang tengah terjadi di Jakarta ini memang bukan hal aneh. Menurut Mardianto, Kepala SatPol PP (Satuan Polisi Pamong Praja), yang telah bekerja selama kurang lebih 10 tahun mengatakan bahwa selama bulan puasa ini para pengunjung akan jarang menjumpai para pengemis di kawasan Pasar Baru. Hal tersebut disebabkan adanya SatPol PP yang siap beroperasi setiap hari mulai dari pukul 8.00 sampai dengan 17.00. Menurut UU No.20 Tahun 2000/ Pemerintah Daerah, dikatakan bahwa tugas pokok SatPol PP ialah membantu kepala wilayah menjaga ketentraman dan ketertiban khususnya mengenai PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), seperti misalnya pedagang kaki lima, Wanita Tuna Sosial (WTS), dan sembilan tertib hukum lainnya. Sehingga selama bulan puasa ini para pengunjung Pasar Baru tidak perlu resah karena gangguan pengemis saat berbelanja.
Lain halnya dengan Arif, pedagang jam tangan di kawasan Pasar Baru, mengatakan bahwa baik bulan puasa maupun tidak, jumlah pengemis di kawasan Pasar Baru tidak berubah. Jumlah mereka sama saja walaupun sudah ada SatPol PP yang menjaga kawasan tersebut. Arif bahkan mengenal beberapa pengemis karena seringnya dia melihat mereka. Pada hal Arif baru satu tahun berjualan di Pasar Baru. “Kadang saya sering kesal dan resah dengan para pengemis di tempat ini,” tambahnya. Hal tersebut dikarenakan para pengemis yang kerap kali mengganggu para pembeli sehingga mereka merasa enggan untuk memilih dan membeli barang yang didagangkan para penjual.
0 komentar:
Posting Komentar